Selasa, 22 Mei 2012

KONSEPSI ISLAM TENTANG PRIBADI MANUSIA


A.    PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya akal. Dengan dikarunia akal, manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai amanah. Hakikat wujud manusia adalah makhluk yang perkembanganya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Manusia banyak mempunyai kecenderungan, ini disebabkan oleh banyaknya potensi yang dimiliki.
Dalam hal ini kecenderungan itu yaitu
cenderung menjadi orang baik dan cenderung menjadi orang jahat. Dalam makalah ini kami berupaya untuk menguraikan sedikit tentang konsepsi Islam tentang pribadi manusia.   
B.    RUMUSAN MASALAH
1. Apa hakikat pribadi manusia ?
2. Bagaimana konsep pribadi manusia menurut pandangan Islam ?
3. Bagaimana konsep manusia dalam pendidikan Islam ?
C.    PEMBAHASAN
1.    Hakikat Pribadi Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonik jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat.
a.    Sebagai Makhluk Tuhan Yang Otonom
Manusia lahir dalam keadaan serba misterius. Artinya, sangat sulit untuk diketahui mengapa, bagaimana dan untuk apa kelahiranya itu. Yang pasti diketahuinya adalah bahwa manusia dilahirkan oleh Tuhan oleh manusia lain (orang tua), sadar akan hidup dan kehidupanya dan sadar pula akan tujuan hidupnya ( kembali pada Tuhan). Kehadiranya di dunia ini bagaikan membaca sebuah buku yang tanpa pendahuluan dan penutup / kesimpulanya.
Kenyataanya yang demikian itu memberikan kejelasan bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah, keberadaanya tergantung pada penciptanya ( Tuhan ) segala potensi dirinya ditentukan secara mutlak oleh sang pencipta. Manusia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali pasrah-menyerah. Akan tetapi ketergantunganya itu bukanlah semata-mata, melainkan ketergantungan ( dependence ) yang berkeleluasaan atau ( independence ).Manusia menerima ketergantungan itu dengan otonomi dan independensinya serta kreatifitasnya sedemikian rupa sehingga mampu mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupanya.
Dengan otonomi dan kreatifitasnya, segala do’a dan puji kepada sang pencipta diwujudkan dalam bentuk-bentuk usaha mengatasi segala macam problem hidup. Antara ketergantungan (dependensi) dan otonomi (indenpedensi) adalah dua unsur potensi kontradiktif yang ada dalam kesatuan dinamis. Keberadaanya yang demikian ini justru memberikan makna jelas kepada diri pribadi manusia sebagai makhluk sang pencipta. Otonom, kebebasan dan kreatifitasnya adalah jelmaan otonomi, kebebasan dan kreatifitas sang pencipta. 
b.    Sebagai Makhluk Yang Berjiwa Raga
Unsur jiwa dan raga manusia itu bukan hal yang berdiri sendiri. Keduanya berada didalam satu struktur yang menyatu menjadi diri pribadi. Sehingga diri pribadi manusia adalah jiwa yang meraga dan raga yang menjiwa. Artinya jiwa menyatu dengan raganya, dan raga menjadi satu dengan jiwanya, kejiwaan seseorang seharusnya terlihat dari tingkah laku badanya dan badan seseorang itu seharusnya mencerminkan jiwanya.
c.    Sebagai Makhluk Individu Yang Memasyarakat
Seperti hubungan antara jiwa dan raga, kedudukanya sebagai individu dan anggota masyarakat juga berada di dalam satu struktur kesatuan. Dengan demikian , dapat dikatakan bahwa manusia adalah makhluk individu yang memasyarakat dan sekaligus makhluk social yang meng-individu. Mentalitas seseorang dapat menjadi sumber yang berpengaruh kuat terhadap perkembangan mentalis yang masyarakatnya dan masyarakat sendiri dapat memberikan control terhadap dinamika mentalitas seseorang.    
2.    Konsep Pribadi Manusia Menurut Pandangan Islam
Islam memiliki pandangan yang optimistik tentang manusia. Dalam ajaran Islam, manusia yang lahir dalam keadaan fitri, suci dan bersih adalah merupakan makhluk terpuji dan dimuliakan meskipun pada kondisi-kondisi tertentu manusia dipandang sebagai makhluk yang rendah. Dalam bukunya Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari telah menunjukkan bagaimana Islam dan Al-Quran memandang manusia. Berikut ini adalah sebagian ayat-ayat Al-Quran yang dikutip dan dianalisis oleh Muthahhari berkenaan dengan masalah tersebut:
1.    Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi.
Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah…………” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.2:30)
Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi………., untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS.6:165)
2.    Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia sadar akan kehadiran Tuhan jauh di dasar sanubari mereka. Jadi segala keraguan dan keingkaran kepada Tuhan muncul ketika manusia menyimpang dari fitrah mereka sendiri.
Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (QS.30:43)
Oleh karena itu hadapkanlah wajahmu kepada keyakinan yang lurus sebelum datang dari Allah suatu hari  yang tidak dapat ditolak kedatangannya. (QS.30:43)
3.    Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur, yang berbeda dengan unsur-unsur badani yang ada pada binatang, tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa. Unsur-unsur itu merupakan suatu senyawa antara alam nyata dan metafisis, antara rasa dan non rasa (materi), antara jiwa dan raga.
(Dialah) yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan yang memulai penciptaan manusia dari lempung, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani), kemudian menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh-Nya…(QS.32:7-9)
4.    Penciptaan manusia benar-benar telah diperhitungkan secara teliti, bukan suatu kebetulan. Karenanya manusia merupakan suatu makhluk pilihan.
Kemudian Tuhannya memilihnya, menerima tobatnya dan membimbingnya. (QS.20:122)
5.    Manusia bersifat bebas dan merdeka. Mereka diberi kepercayaan penuh oleh Tuhan, diberkahi dengan risalah yang diturunkan melalui para nabi, dan dikaruniai rasa tanggung jawab. Mereka diperintahkan untuk mencari nafkah di muka bumi dengan inisiatif dan jerih payah mereka sendiri, mereka pun bebas memilih kesejahteraan atau kesengsaraan bagi dirinya.
Sesungguhnya telah Kami tawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi mereka semua enggan memikulnya dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Manusialah yang mau memikul amanat itu, sungguh ia sangat zalim dan bodoh. (QS.33:72)
Sesengguhnya  Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur  yang hendak Kami uji (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat, ke jalan lurus Kami telah membimbingnya, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS.76:2-3)
6.    Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. Tuhan, pada kenyataannya, telah menganugrahi manusia keunggulan-keunggulan atas makhluk-makhluk lain. Manusia akan menghargai dirinya sendiri hanya jika mereka mampu merasakan kemuliaan dan martabat tersebut, serta mau melepaskan diri mereka dari kepicikan segala jenis kerendahan budi, penghambaan dan hawa nafsu.
Sesungguhnya Kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di darat dan di lautan…., dan Kami lebihkan mereka  dengan kelebihan yang telah Kami ciptakan. (QS.17:70)
7.    Manusia memiliki kesadaran moral. Mereka dapat membedakan yang baik dari yang jahat melalui inspirasi fitri yang ada pada mereka.
Demi jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah telah mengilhamkan ke dalam jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. (QS.91:7-8)
8.    Jiwa manusia tidak akan pernah damai, kecuali dengan mengingat Allah. Keinginan mereka tidak terbatas, mereka tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka peroleh. Di lain pihak, mereka lebih berhasrat untuk ditinggikan ke arah perhubungan dengan Tuhan Yang Maha Abadi.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hatinya menjadi tentram dengan mengingat Allah. (QS.13:28)
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai Tuhanmu, maka kamu pasti menemukan-Nya. (QS.84:6)
9.    Segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia. Jadi manusia berhak memanfaatkan itu semua dengan cara yang sah.
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu….. (QS.2:29)
Dan Dia telah merundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (QS.45:13)
10.    Tuhan menciptakan manusia agar mereka menyembah-Nya. Tunduk patuh kepada Tuhan menjadi tanggung jawab manusia.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS.51:56) 
Kepribadian Muslim dapat dilihat dari kepribadian orang per orang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelaktual yang dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing, maka sebagai individu seorang Muslim akan menampilkan ciri khasnya masing-masing. Dengan demikian akan ada perbedaan kepribadian antara seseorang muslim dengan muslim lainnya. Secara fitrah perbedaan ini memang diakui adanya. Islam memandang setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, hingga kepada setiap orang dituntut untuk menunaikan perintah agamanya sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.  Hakikat Kepribadian adalah bersifat moral, rohani, dan kecendekiaan menurut criteria Islam.    
3.    Konsep manusia dalam pendidikan Islam
Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktek kependidikan Islam harus didasarkan pada konsepsi dasar tentang manusia. Pada uraian terdahulu telah dikemukakan tentang filsafat penciptaan manusia dan fungsi penciptaanya dalam alam semesta.  Dari uraian ini ada dua implikasi terpenting dalam hubunganya dengan pendidikan Islam, yaitu :
1.    Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari dua komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki proses pembinaan yang mengacu kearah realisasi dan pengembangan komponen-komponen tersebut. Hal ini berarti bahwa system pendidikan Islam harus dibangun diatas konsep kesatuan (intregasi) antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau dipisahkan dalam proses kependidikan Islam, maka manusiaakan kehilangan keseimbanganya dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna.
2.    Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai khalifah dan ‘abd. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka pendidikan Islam harus merupakan upaya yang ditujukan kearah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam arti berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan lingkunganya sebagai realisasi fungus dan tujuan penciptaanya, baik sebagai khalifah maupun ‘abd.
D.    KESIMPULAN
Hakekat pribadi manusia adalah sebagai makhluk Allah yang otonom, sebagai makhluk yang berjiwa raga, makhluk individu yang memasyarakat. Hakikat kepribadian adalah bersifat moral, rohani, dan kecendekiaan menurut kriteria Islam.
Dalam filsafat penciptaan manusia dan fungsi penciptaanya dalam alam semesta ada dua implikasi terpenting dalam hubunganya dengan pendidikan Islam: 1. Karena manusia adalah makhluk yangmerupakan resultan dari dua komponen materi dan immateri, 2. Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai khalifah dan ‘abd.
E.    PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat, kami menyadari dalam makalah ini terdapat beberapa kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang mendukung kami harapkan. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amiiin…..
F.    REFERENSI
Suhartono, Suparlan, Ph.D, Dasar-Dasar Filsafat, Ar-Ruzz, Jogjakarta,2004
http://buletinmitsal.wordpress.com/perspektif/konsepsi-tentang-manusia-dari berbagai-pandangan/
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam (pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis), PT Intermasa, Jakarta, 2002agai-pandangan/
Muchtarom, Zaini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1995
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/Pembentukan-kepribadian-muslim-menurut.html
Prof. Dr. Shafique Ali Khan, Filsafat Pendidikan Al Ghazali, CV. Pustaka     Setia, Bandung, 2005


Tidak ada komentar:

Posting Komentar